STRATEGI
PENDAMPINGAN KADER PMII
MAKALAH
Dianjukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Kegiatan
Pelatihan Kader Lanjut (PKL) oleh PC. PMII Kabupaten
Bandung
ABDULAH
BAEHAKI
PC. PMII Kabupaten Cianjur
PERGERAKAN
MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII)
CABANG KABUPATEN
BANDUNG
2017 M/1438 H
Jl. Manisi Gg. Keramat No. 21-B RT 01/09 Kel. Cipadung Kec. Bandung
40614 - 0822-1604-8088
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Pemanfaatan Plastik
Sebagai Barang Berguna ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga saya berterima kasih pada sahabat-sahabat seperjuanganku dan kepada Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kabupaten Bandung selaku Panitia Simposium
Kebinekaan dan pelatihan kader lanjut (PKL) yang telah memberikan tugas ini
kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat
berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai strategi
pendampingan kader dan anggota PMII di jaman sekarang. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Cianjur, 20 Januari 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................
i
Daftar Isi...............................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar
Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan
Penulisan .................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................................
3
A. Pengertian Strategi Pendampingan Kader ........................................... 3
B. Strategi Pendampingan Kader PMII ................................................... 4
1. Memahami Makna PMII .............................................................. 4
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi strategi pendampingan
kader PMII . 6
3. Strategi Pendampingan Kader PMII.............................................
9
4.
Tujuan Strategi Pendampingan Kader PMII................................. 10
BAB III
KESIMPULAN.................................................................................................... 12
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kaderisasi PMII pada hakekatnya adalah totalitas upaya-upaya yang
dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan untuk membina dan mengembangkan
potensi dzikir, fikir dan amal soleh setiap insan pergerakan. Secara kategoris
dapat dipilih dalam tiga bentuk yakni: Perkaderan Formal, Perkaderan Nom Formal
(Pengembangan) dan Perkaderan Informal. Ketiga bentuk ini harus diikuti oleh
segenap warga pergerakan, sehingga pada saatnya kelak akan terwujud kader yang
berkualitas ulul albab.
Perkaderan formal meliputi tiga tahapan dengan masing-masing
follow-up-nya.Ketiganya itu adalah Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba), Pelatihan
Kader Dasar (PKD), Pelatihan Kader Lanjutan (PKL), dan Pelatihan Kader Nasional
(PKN). Semua tahapan dengan follw-up yang menyertai itu merupakan satu kesatuan
tak terpisahkan, karena kaderisasi PMII pada hakekatnya merupakan proses terus
menerus, baik di dalam maupun di luar forum kaderisasi (long-life-education).
Perkaderan Formal Pengembangan adalah berbagai pelatihan dan
pendidikan yang ada di PMII.Perkaderan jenis ini dibedakan dalam dua macam,
yakni 1) yang wajib diikuti oleh segenap kader secara mutlak, dan 2) yang wajib
di ikuti sebagai pilihan. Yang sifatnya wajib mutlak, disamping sebagai
pembekalan mengenai hal-hal dasar yang harus dimiliki kader pergerakan, juga
merupakan prasyarat bagi keikutsertaan kader bersangkutan dalam PKD atau PKL.Sedang perkaderan informal adalah keterlibatan
kader pergerakan dalam berbagai aktifitas dan peran kemasyarakatan PMII.Baik
dalam posisi sebagai penanggung jawab, menjadi bagian dari team work, atau
bahkan sekedar partisipan.Perkaderan jenis ini sangat penting dan mutlak
diikuti. Disamping sebagai tolak ukur komitmen dan militansi kader pergerakan,
juga jauh lebih real disbanding pelatihan-pelatihan formal lain, karena
langsung bersinggungan dengan realitas kehidupan.
Di atas semua pelatihan tersebut terdapat satu pelatihan lagi yakni
pelatihan fasilitator. Pelatihan ini dimaksudkan untuk menciptakan kader-kader
pergerakan yang secara terus menerus akan membina dan menangani berbagai forum
perkaderan di PMII. Pelatihan lebih utama ditujukan bagi kader-kader potensial
yang telah mengikuti semua bentuk perkaderan sebelumnya, dan yang telah teruji
komitmennya terhadap PMII maupun aktifitas dan peran-peran sosial.
Melihat realita sekarang, hampir disetiap universitas yang ada PMII
nya, pengkaderan yang dilakukan paska MAPABA selalu menjadi kendala. Tak
jarang, setiap anggota baru selalu mengeluh akan pendampingan yang dilakukakan
oleh pengurus baik rayon ataupun komisariat. Mereka seakan dibohongi dengan
iming-iming yang diberikan oleh seniornya yang ada dikampus. Alhasil, anggota
semakin hari semakin menjauh dari PMII karena apa yang dilakukan pengurus tidak
sama dengan apa yang dilakukakan sebelum dia melaksanakan MAPABA.
Jika tidak diperbaiki, maka hal ini akan mengakar dan akan
menghilangkan hittah PMII yang selalu mengatakan dirinya sebagai organisasi
kaderisasi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian Strategi Pendampingan Kader ?
2.
Bagaimana Strategi
Pendampingan Kader PMII?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui Pengertian Strategi Pendampingan Kader
2.
Untuk mengetahui Bagaimana Cara Pendampingan Kader PMII
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Strategi Pendampingan Kader
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani "strategia" yang
diartikan sebagai "The Art Of The General" atau seni seorang
panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia Strategi ilmu dan seni menggunakan semua
sumber daya bangsa(-bangsa) untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam
perang dan damai;
Sedangkan menurut Glueck dan Jauch, p.9, 1989
bahwa : “Strategi adalah Rencana yang disatukan, luas
dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan
tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi”.
Dalam KBBI Pendampingan adalah proses, cara, perbuatan mendampingi atau
mendampingkan; pendampingan merupakan istilah baru yang
muncul sekitar 90-an, sebelum itu istilah yang banyak dipakai adalah pembinaan.
Sedangkan kader dalam KBBI diartikan sebagai orang yang diharapkan
akan memegang peran yang penting dalam pemerintahan, partai, dan sebagainya;
Dari pengertian di ats dapat disimpulkan bahwa Strategi
Pendampingan Kader adalah cara atau proses
yang dilakukan oleh atasan dalam hal ini pengurus PMII dalam
mengarahkan, menuntun dan mengajak anggota dan kader demi tercapainya tujuan
PMII yang termaktub dalam Anggaran Dasar Bab IV Pasal 4 yaitu : “Terbentuknya pribadi muslim
Indonesia berilmu yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, Berilmu, cakap
dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan
cita-cita kemerdekaan Indonesia.
B.
Strategi Pendampingan Kader PMII
Pembinaan dan pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal, informal
maupun Nonformal yang dilaksanakan secara sadar, terencana, terarah, terpadu, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,
membimbing dan mengembangkan suatu kepribadian yang seimbang dan utuh, baik
jasmaniah maupun rohaniah.
Pembinaan dan pengembangan diarahkan untuk
memberikan pengetahuan, ketrampilan dan keahlian serta membentuk sikap mental
spiritual berakhlakul-karimah sesuai dengan bakat dan minat serta kemamuan
sebagai bekal untuk selanjutnya, atas parakarsa sendiri menambah, meningkatkan
dan mengembangan dirinya, sesamanya maupun lingkungan ke arah tercapainya
tingkat letaqwaan yang tinggi serta harkat, martabat dan kualitas pribadi yang
optimal. Dari bekal yang dicapai melalui
pembinaan dan pengembangan tersebut merupakan jaminan gerak sistem perjuangan
PMII dalm mencapai cita-citanya.
Renstra pengembangan dan perjuangan PMII, baik secara individu
maupun secara organisatoris memerlukan kondisi dan suasana lingkungan yang
sehat. Kondisi dan suasana lingkungan yang sehat tersebut dimaksudkan untuk
menumbukan kreatifitas mahasiswa dalam kemajuan dan kemodernan bangsa sekaligus
mata rantai persambungan kepemimpinan bangsa.
Kondisi dan suasana yang sehat dalam mencapai sasaran tersebut,
mutlak bermuatan kesetaraan atau egaliter, saling percaya, menghargai, jujur
dan adil, terbuka, bebas dan bertanggung jawab, menjamin pemberlanjutan
ekologis serta terbangunnya hubungan pergaulan budaya yang dewasa dalam konteks
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
1.
Memahami Makna PMII
Makna “Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah dinamika dari
hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan bagi
alam sekitarnya. Dalam konteks individual/komunitas maupun organisatoris,
kiprah PMII haruslah senantiasa mencerminkan pergerakannya menuju kondisi yang
lebih baik sebagai perwujudan tanggung jawabnya memberi rahmat pada
lingkungannya.
“Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut
upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan potensi
kemanusiaan agar gerak dinamuka menuju tujuannya selalu berada di dalam
kualitas kekhalifahannya.
Pengertian “mahasiswa” yang tergandung dalam PMII adalah golongan
generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas
diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan
releigius, insan dinamis, insan sosial dan insan mandiri. Dari identitas
mahasiswa tersebut, terpantul tanggung jawab keagamaan, tanggung jawab
intelektual, tanggung jawab sosial kemsayarakatan, dan tanggung jawab
individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai waga bangsa dan negara.
Pengertian “Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai
agama yang dipahami dengan haluan/paradigma Ahlussunnah Wal Jamaah yaitu konsep
pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara Iman, Islam
dan Ihsan yang di dalam pola pikir, pola sikap dan pola prilakunya tecermin
sifat-sifat selektif, akomodatif, dan integratif.
Pengertain ‘Indonesia” yang terkandung didalam PMII adalah
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang mempunyai falsafah & ideologi
bangsa (pancasila) serta UUD 45 dengan kesadaran kesatuan dan ketuhan bangsa
dan negara yang terbentang dari Sabang samapai Merauke yagn diikat dengan
kesadaran wawasan nusantara.
Secara totalistas PMII sebagai organisasi merupakan suatu gerakan
yang bertujuan melahirkan kader-kader bangsa yang mempunyai integritas
diri sebagai hamba yang bertyaqwa
kepada Allah SWT , dan atas dasar ketqwaan berkiprah mewujudkan peran
ketuhananya membangun masyarakat bangsa dan negara indonesia manuju suatu
tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam ampunan dan ridlo Allah SWT.
2. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Strategi Pendampingan Kader PMII
Dalam proses pendampingan terhadap anggota dan kader PMII, kita
perlu memperhatikan beberapa faktor internal dan juga faktor external, faktor
internal yang dimaksud adalah dorongan yang ada dalam diri pribadi dan juga apa
yang dimiliki oleh organisasi PMII itu sendiri, modal dasar dan faktor dominan
yang ada dalam PMII menjadi faktor yang sangat sentral dalam mendampingi dan
mengarahkan anggota dan kader itu sendiri.
A.
Modal dasar
Modal dasar PMII adalah:
a)
PMII merupakan organisasi kemasyarakatan pemuda yang eksistensinya
dijamin oleh UUD 1945 dan karena itu menjadi aset bangsa dalam melakukan proses
pembinaan, dan pengembangan gernerasi muda khsususnya mahasiswa.
b)
NDP sebagai nilai prinsip ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah
merupakan sumber motivasi dan inspirasi pergerakan, sekaligus sebagai
pendorong, penggerak dan landasan berpijak dalam kehidupan pribadi insan PMII.
c)
PMII sebagai organsasi mahasiswa Islam mempunyai keterikatan dan
tanggung jawab dengan seluruh masyarakat bangsa Indonesia yang menganut sistem
berfikir keagamaan, dan kemasyarakatan yang sama yaitu ASWAJA dan system
kebangsaan.
d)
Peran kesejarahan PMII telah menunjukkan kepeloporann dan
patriotismenya dalam menegakkan dan membela agama. Pancasila dan UUD 1945 dalam
negara kesatuan republik Indonesia. Selain itu, PMII sebagai elemen civil
sociaty telah terbukti perannya dalam melakukan pendampingan masyarakat, dalam
usaha melakukan proses demokratisasi di kalangan masyarakat dan sebagainya.
Peran PMII dalam setiap perubahan, terutama dalam menegakan reformasi secara
total, dalam segala lapis kehidupan kemasyarakatan.
e)
Jumlah dan persebaran anggota PMII yang berada diseluruh wilayah
Indonesia sebagai sumber daya insani yang potensial. Dengan kemapanan struktur
organisasi dari tingkat pusat sampai daerah, maka sosialisasi nilai dan gagasan
serta kebijakan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
f)
Ketaqwaan kepada Allah SWT merupakan acuan dasar dan sekaligus
menjadi nspirasi bagi peningkatan kualitas diri menuju kesempurnaan hidup
manusia sebagai hamba Allah SWT.
g)
Jumlah dan mulai tersebarnya profesi alumni PMII merupakan bagian
potensi bagi pengembangan organisasi dan masyarakat.
h)
Tipologi kader yang beragam warga PMII merupakan modal utama dalam
menyusun Renstra Gerakan PMII. Setidaknya, ada lima tipologi dan kecenderungan
warga PMII. Pertama, intelektual baik akademik (scholar) maupun organik
(analis/praktisi). Kedua, gerakan massa (student mocement), baik yang
menggunakan baju organisasi maupun organ gerakan lainnya. Ketiga, advokasi
sosial baik yang intens dengan pendampingan sosial, maupun advokasi wacana.
Keempat, politisi baik keterlibatan dalam panggung konstalasi politik, maupun
persinggungan dengan dunia politisi. Kelima, kecenderungan profesional dan
enterpreneur. Hanya saja, persebaran tipologi kader ini tidak merata, sehingga
cenderung ada disparitas antara satu cabangd dengan lainnya.
B.
Faktor
Dominan
Dalam mengerakkan dan memanfaatkan modal dasar untuk
mencapai tujuan PMII dengan landasan serta azas-azas diatas, perlu diperhatikan
faktor-faktor dominan berikut :
a)
Ideologi yang dianaut oleh PMII
merupakan aspek dominan dari organisasi PMII yang berisi pandangan hidup, cita-cita serta sistem nilai yang
memberikan arah terhadap tingkah laku dari setiap anggota PMII. PMII berakidah
Islam Ahlussunnah wal Jamaah dan atas dasar akidah itulah PMII dengan penuh
kesadaran berideologi Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dabn bernegara di Indonesia. Akidah dan ideoligi terebut
merupakan faktor pendorong dan penggerak dalam proses pembinaan pengembangan
dan perjuangan organisasi sekaligus sebagai dasar berpijak dalam menghadapi
proses perubahan dan goncangan-goncangan di tengah-tengah masyarakat. Pandangan
terhadap wacana Islam yang inklusif dan paradigma kritis transformatif dalam
membangun masyarakat, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam diri PMII.
Pola pandangan keagamaan ini, merupakan faktor dominan yang dimiliki PMII dalam
rangka pengembangan mendatang.
b)
Komunitas Islam Ahlussunnah Waljamaah sebagai kelompok masyarakat
terbesar Indonesia merupakan wahana dan tempat pengabdian yang jelas bagi PMII;
c)
Jumlah anggota PMII yang setiap tahunnya bertambah dengan kwantitas
yang cukup besar merupakan faktor strategis yang menentukan usha pembinaan
generasi muda dalam proses pelahiran kader bangsa; sekaligus menjadi pelanjut
kepemimpinan organisasi.
d)
Jumlah Alumni yag setiap tahunnya bertambah, sejak berdirinya PMII
tahun 1960 tersebut tersebar diseluruh wilayah Indonesia dan bergerak dalam
berbagai profesi dan disiplin ilmu yang mengabdi pada agama, masyarakat dan
negara.
Sumber dana dan fasilitas yang tersebar diberbagai komunitas dan
kelompok terutama ummat Islam merupakan aset yang perlu dikoordinir,
dikembangkan sebagai sumber dana perjuangan. Oleh karena itu PMII harus mampu
menjalin hubungan organisasi yang saling brmanfaat dan memberikan nilai lebih
antara keduanya yang pada akhirnya PMII mempunyai sumber dana secara mandiri.
3. Strategi
Pendampingan Kader PMII
Strategi yang dimaksud
disini adalah adanya suatu kondisi serta langkah-langkah yang mendasar,
konsistensi dan aplikatif yang harus dilakukan dalam rangka mewujudkan tujuan
dan cita-cita PMII.
Dari pemahaman strategi itulah maka untuk mencapai tujuan pembinaan
pengembangan dan perjuangan yang telah ditetpkan diperlukan strategi sebagai
berikut:
1.
Iklim yang mampu menciptakan suasana yang sehat, dinamis dan
kompetitif yang selalu dibimbing dengan
bingkai taqwa, inteleqtuallitas dan profesionalitas sehingga mampu
meningkatkabn kualitas pemikiran dan prestasi, terbangunnya suasana
kekeluargaan dalam menjalankan tugas suci keorganisasian, kemasyarakatan dan
kebangsaan.
2.
Kepemimpinan harus difahami
sebgai amanat Allah yang menempatkan setiap insan PMII sebagai Da’I untuk
melakukan amar makruf nahi munkar. Sehingga kepemimpinannya selalu tercermin
sikap bertanggungjawab melayani, berani, jujur, adil dan ikhlas; serta didalam
menjalankan kepemimpinannya selalu penuh dengan kedalaman rasa cinta, arif
bijaksana, terbuka dan demokratis.
3.
Untuk mewujudkan suasana taqwa,
intelektualitas dan profesionalitas serta kepemimpinan sebagai amanat
Allah SWT diperlukan suatu gerakan dan mekanisme organisasi yang bertumpu pada
kekuatan dzikir dan fikir dalam setiap tata pikir, tata sikap dan tata perilaku
bsik secara indivudu maupun organasatoris.
4.
Struktur dan aparat organisasi yang tertata dengan baik sehingga
dapat mewujudkan sistem dan mekanisme organisasi yang efektif dan efesien, mamp
mewadahi dinakima intern organisasi serta mampu merespon dinamika dan perubahan
ekternal.
5.
Produk dan peraturan-peraturan organisasi yagn konsisten dan tegas
menjadi panduan konsitutif , sehingga tercipta auatu mekanisme organisasi yang
teratur dan mempunyai kepastian hukum dari tingkat pengurus besar sampai
tingkat rayon.
6.
Pola komunikasi yang dikembangkan adalah komunikasi individual dan
kelembagan, yaitu terciptanya komunikasi timbal balik dan berdulat serta mampu
membedakan antara hubungan individual dan hubungan kelembagan; baik kedalam
maupun keluar.
7.
Pola kaderisasi yang dikembangkan selaras dengan tuntutan
perkembangan zaman kini dan mendatang, sehingga terwujud pola pengembangan
kader yang berkualitas, mampu menjalankan fungsi kekhilafahan yang
terejawantahkan dalam perilaku keseharian, baik selaku kader bangsa maupun
kader agama.
4.
Tujuan Strategi Pendampingan Kader PMII
Tujuan pembinaan pengembangan dan perjuangan PMII diarahkan pada
terbentuknya pribadi dan kondisi
organisasi yagn dapat mencapai tujuan dan cita-cita PMII. Pribadi dan kondisi
organisasi yagn dimaksud adalah tercapainya suatu sikap dan perilaku:
1.
Terwujudnya kader-kader penerus perjuangan PMII yang bertaqwa
kepada Allah SWT, berpegang teguh pada ajaran Islam Aswaja serta Pancasila dan
UUD 1945 sebagai satru-satunya ideologi dan pandangan hidup bangsa dan negara.
2.
Terwujudnya penghayatan dan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam
Aswaja dan moral bangsa untuk
memperkokoh alas pijak dalam rangka menempuh kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang berkembang
cepat sebagai akibat lajunya perkembangan
IPTEK sert arus globalisasi dan informasi.
3.
Tumbuh dan berkembangnya kreatifitas, dinamika dan pola berfikir
yang mencerminkan budaya pergerakan, selektif, akomodatif, integratif dan
konstruktif dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan baik secara
individu, organisasi dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
4.
Tumbuh dan berkembangnya sikap dan orientasi kemasa depan,
orientasi fungsi dan produktifitas serta mengutamakan prestasi.
5.
Terciptanya suatu organisasi sebagai suatu sistem yang sehat dan
dinamis karena didukung oleh nilai, aparat, sarana dan fasilitas serta teknik
pengolahan yang memadai sesuai dengan tuntutan PMII maupun tuntutan lingkungan
yang senantiasa berkembang.
6.
Terciptanya suatu kehidupan organisasi yang dinamis, kritis dan
cerdas dalam merebut tanggungjawab dan peran sosial sebagai bentuk partisipasi
dan pengamalan nyata pergerakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sehingga PMII dapat benar-benar menjadi lembaga alternatif baik pada
dimensi pemikiran maupun kualitas kepemimpinan dan sumber daya manusia.
7.
Tumbuhnya suatu situasi dan kondisi yang mencerminkan kekokohan
PMII yang berpijak pada nilai-nilai dan tradisi yang dimilikinya serta mampu
mecari alternatif yang paling mungkin dalam usaha untuk tidak trseret pada
polarisasi dan opini yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakaat yang dapat
merugikan perjuangan mewujudkan cita-cita PMII.
8.
Tersedianya kader-kader yang memadai baik secara kualitatif maupun
kwantitatif sebagai konsekwensi logis dari arah PMII sebagai organisasi
pembinaan, pengembangan dan perjuangan yang dikhidmatkan kepada agama,
masyarakat, bangsa dan negara.
BAB III
KESIMPULAN
Kebutuhan pergerakan dalam merealisasikan berbagai
program-programnya bisa dilakukan apabila perangkat-perangkatnya memadai.
Perangkat ini meliputi dua hal yakni; perangkat lunak yang berkaitan dengan SDM
dan konsep (wacana) yang menjadi kekuatan mainstream pergerakan ataupun
perangkat keras yang meliputi institusi dan struktur organisasi sebagai
kekuatan untuk mensosialisikan sebagai sesuatu yang kongkrit. Melihat
keberadaan dua kebutuhan tersebut yang tergambar dalam wajah PMII, ternyata
masih banyak yang harus diperbaiki.
Menyangkut SDM sebagai basis utama berkembangnya PMII. Dalam
perspektif sosiologis gambaran warga PMII bisa dilihat dari dua hal. Warga PMII
yang secara tradisi, kultur dan ritual
kental dengan nilai-nilai Nahdlatul Ulama dan warga PMII yang secara
tradisi, kultur dan ritual kurang atau malah sama sekali tidak bersentuhan
dengan nilai-nilai Nahdlatul Ulama. Dalam perspektif pendidikan terbelah dalam
dua hal. Warga PMII yang dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi berada
di dalam sekolah agama, dan warga PMII yang dari pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi berada di dalam sekolah umum. Kekuatan disiplin ilmu akademis
warga PMII yang dominan adalah disiplin
ilmu-ilmu sosial. Sedangkan disiplin ilmu-ilmu eksakta masih sangat
kurang.
Realitas terhadap gambaran ini sangat berpengaruh terhadap
pembentukan wajah gerakan PMII dan orientasi pengembangan yang dilakukan.
Dominasi disiplin ilmu-ilmu sosial menurun dalam cara pandang, titik pijak
filosofis dan teologis, nilai-nilai yang menjadi pijakan, dan pokok-pokok
program yang direncanakan. Gambaran ini berasal dari sumber motivasi kekuatan
kultur, tradisi, disiplin pendidikan, yang dikombinasikan dengan
kekuatan-kekuatan baru yang digali dari pemaknaan ulang atas teori,nilai,
bangunan cultur dan tradisi, serta kekuatan filosofis dan teologis didukung
dengan sumber teori dan nilai baru yang sedang berkembang. Pemangkasan ikatan
cultural dan struktural yang yang dianggap tidak berkesuaian dengan kekinian
telah menumbuhkan banyak perubahan dan pembaharuan.
Dekonstruksi atas visi, misi, orientasi dalam bentuk penjelajahan
intelektual ini menetas dalam bangunan kekuatan wacana sebagai titik pijak
suatu perubahan. Perubahan dimengertikan dalam bangunan kesejatian kesadaran
atas realitas yang penuh, kepercayaan atas kekuatan budaya tradisi dan
ritualnya, pilihan gerakan dan keperpihakan serta dalam bentuknya yang sangat
praktis pola-pola gerakan yang dikembangkan. Perubahan PMII dimulaiF dari
penumbuhan wacana independensi sebagai kekuatan untuk menjaga eksistensinya
dari intervensi, kooptasi, dan hegemoni kekuatan mainstraim dari luar, termasuk
yang dikembangkan dan diideologisasikan oleh negara dan kekuatan kapitalisme
global.
Wacana independensi kemudian berkembang dan terus melakukan
metaformosis sampai pada titik baru bangunan kemandirian. Sebagai upaya untuk
mengarahkan pada kekuatan masyarakat yang independent dan mempunyai
kemandirian, kemudian tumbuh filosofi liberasi, ahlusunah waljama’ah sebagai
manhaj al-fikr bahkan manhaj transformasi sosial, telaah kritis atas
nilai-nilai universal yang memihak kepada masyarakat (bukan negara), telaah
kritis atas wacana-wacana represif yang dikembangkan oleh negara, serta
pembiasan pemberdayaan masyarakat sipil sebagai perwujudan cita-cita masyarakat
yang terbuka dan sejahtera. Wacana-wacana ini kemudian menjadi mainstraim
gerakan dan menjadi dasar pijak pergerakan secara institusional.
DAFTAR PUSTAKA
http://pmiistitpsw.blogspot.co.id/2014/04/strategi-pengembangan-pmii_25.html
https://pmiipkl2013.wordpress.com/2013/04/21/strategi-pengembangan-strategi-pengembangan-pmii/
http://www.bintan-s.web.id/2010/12/pengertian-pendampingan.html
Fauzan Alfaz.Sejarah PMII
http://msfoundation.blogspot.co.id/2012/04/strategi-pengembangan-pmii.html
ceramic vs titanium – The most effective way to make a dish
BalasHapusThere are many ways that you can everquest titanium make titanium dental implants and periodontics ceramic. One of them is making your own food. The idea is to titanium mens ring add flavor to your dishes, titanium dioxide sunscreen using your westcott scissors titanium own